Bali, 12 Mei 2025.
NGURAH GALANG JAYADHIFA, S.H., M.H.
Balisticnews.com – jangan terjebak dalam glorifikasi kasta yang menghilangkan arah hidupmu.
Hidup yang terlalu dibebani dengan pujian atau kebesaran masa lalu bisa membuat kita lupa pada yang lebih penting: bagaimana kita menjalani hidup dengan integritas, kehormatan, dan ketulusan
*Arya Kepakisan* adalah salah satu leluhur yang dalam sejarah tidak pernah mencari kemuliaan, tetapi selalu memilih jalan untuk *melayani dharma* Nama besar yang tercatat dalam babad bukanlah untuk dijadikan patokan untuk memandang diri lebih tinggi daripada yang lain, tetapi sebagai *panduan bagaimana hidup yang sederhana dan penuh kebijaksanaan*.
Sosok *Arya Kepakisan* bukanlah raja atau penguasa, melainkan seorang *patih* yang setia menemani rajanya. Beliau memilih untuk berdiri di belakang takhta, menjadi penopang dan pengarah, bukan untuk menguasai atau dihormati. Dengan penolakan terhadap pedharman yang ingin didirikan untuknya di Pura Besakih, beliau menegaskan bahwa *kehormatan sejati tidak datang dari tempat pemujaan, melainkan dari cara hidup yang benar*. Ia tidak memerlukan upacara atau arca untuk dikenang. Yang ia tinggalkan adalah *teladan* dalam hidup sehari-hari.
Keturunan Arya Kepakisan tidak seharusnya merasa terjebak dalam kebesaran yang sudah berlalu, apalagi jika hal tersebut justru membuat kita kehilangan arah. Yang kita warisi bukanlah *gelar atau kemegahan*, tetapi *nilai-nilai luhur* yang harus terus dipelihara dalam cara hidup yang jujur, sederhana, dan penuh hormat.
Sebagai keturunannya kita diingatkan untuk *tidak terjebak dalam pemujaan eksternal* yang membuat kita jauh dari esensi kehidupan sejati. Kita hidup bukan untuk dikenang melalui monumen, tetapi untuk dikenang lewat tindakan kita dalam menjaga martabat diri dan sesama.
Inilah warisan sejati: *menjadi pelayan dharma*, bukan penguasa duniawi.
Melalui hidup yang jujur dan rendah hati, kita menjadi bagian dari sesuatu yang lebih besar—ketulusan yang akan terus mengalir, meski tanpa arca dan upacara.
Arya Kepakisan mengajarkan kita :
Jadilah penerus ketulusan, bukan pemujaan.
Jadilah pelindung, bukan penguasa.
Jadilah pelayan dharma, bukan pencari kemuliaan.
Kehormatan sejati lahir dari ketulusan dalam berbakti, bukan dari tempat pemujaan
Aku tidak memuja leluhurku tapi aku berjalan bersamanya dan mewarisi kebaikan serta keteguhan hati dalam jalan dharma yang pernah beliau mulai, karena aku tau menjaga kehormatan bukanlah melalui simbol, tapi lewat tindakan.
Jika narasi ini terasa menyatu dengan jalan hidup yang anda cari, anda bisa menjadikannya sebagai pijakan batin, bukan untuk menyatakan siapa anda kepada dunia, melainkan mengingat siapa anda kepada diri anda sendiri.
Komentar